Siapa yang tidak kenal nama Habiburahman El Shirazy? Penulis Novel Fenomenal “Ayat-Ayat Cinta” yang kini diangkat kelayar lebar ini, namanya sedang melejit saat ini. Saya sangat tertarik dengan karya-karyanya, salah satunya adalah novel yang berjudu “Ketika Cinta Bertasbih”. di bawah ini adalah kutipan yang saya ambil dari Novel Ketika Cinta bertasbih, yang menjadi sebuah pelajaran bagi saya, mudah-mudahan juga menjadi pelajaran bagi anda semua,.,
Alkisah, disebuah hutan belentara ada seekor induk singa yang matin setelah melahirkan anaknya. bayi singa yang lemah itu hidup tanpa perlindungan induknya. Beberapa waktu kemudian serombongan kambing datang melintasi tempat itu. Bayi singa itu menggerakan tubuhnya yang lemah. seekor induk kambing tergerak hatinya. Ia merasa iba melihat anak singa yang lemah dan hidup sebatang kara. Dan terbitlah nalurinya untuk merawat dan melindungi bayi singa itu.
Sang induk kambing lalu menghampiri anak singa itu dan membelai dengan penuh kehangatan dan kasih sayang. Merasakan hangatnya kasih sayang itu, si bayi singa tidak mau berpisah dengan sang induk kambing. Ia terus mengikuti kemana saja induk kambing pergi. Jadilah ia bagian dari keluarga besar rombongan kambing itu.
Hari berganti hari, dan anak singa tumbuh dan besar dalam auhsan induk kambing dan hidup dalam komunitas kambing. Ia menyusu, makan, minum, bermain bersama anak-anak kambing lainnya. Tingkah lakunya juga persis layaknya kambing. Bahkan anak singa yang mulai beranjak dewasa itu pun mengeluarkan suara layaknya kambing. Ia merasa dirinya adalah kambing, tidak berbeda dengan kambing-kambing lainnya. Ia sama sekali tidak pernah merasa bahwa dirinya adalah seekor singa.
Suatu hari, terjadi kegaduhan luar biasa. Seekor srigala buas masuk memburu kambing untuk dimangsa. Kambing-kambing berlarian panik. Semua ketakuta. Induk kambing yang juga ketakutan meminta anak singa untuk menghadapi srigala.
“Kamu singa, cepat hadapi serigala itu! Cukup keluarkan aumman mu yang keras dan serigala itu pasti lari ketakutan!” Kata induk kambing pada anak singa yang sudah besar dan kekar.
Tapi anak singa yang sejak kecil hidup ditengah-tengah komunitas kambing itu justru ikut ketakutan dan malah berlindung di balik tubuh induk kambing. Ia berteriak sekeras-kerasnya dan yang keluar dari mulutnya adalah suara embikkan. sama seperti kambing yang lain bukan auman. Anak singa itu tidak bisa berbuat apa-apa ketika salah satu anak kambing yang tak lain adalah saudara sesusunya diterkan dan dabawa lari serigala. Induk kambing sedih karena salah satu anaknya tewas dimakan serigala. Ia menatap anak singa dengan perasaan nanar dan marah,
“Seharusnya kamu bisa membela kami! Seharusnya kamu bisa membela saudaramu! Seharusnya kamu bisa mengusir serigala yang jahat itu!” Anak singa itu hanya bisa menunduk.
Ia tidak faham dengan maksud perkataan induk kambing. Ia sendiri takut dengan pada serigala sebagai mana kambing-kambing yang lain. Anak singa itu merasa sedih karena ia tak bisa berbuat apa-apa. Hari berikutnya serigala ganas itu datang lagi. Kembali memburu kambing-kambing untuk disantap. Kali ini induk kambing tertangkap dan dicengkram oleh serigala. Semua anak kambing tidak ada yang berani menolong,. Anak serigala itu tidak kuasa melihat induk kambing yang telah ia anggap sebagai ibunya dicengkram serigala. Dengan nekad ia lari dan menyeruduk serigala itu. Serigala kaget buka kepalang melihat ada seekor singa dihadapannya. Ia melepas cengkramannya. Seriglala itu gemetar ketakutan! Nyalinya habis! Ia pasrah, ia merasa hari itu adalah akhir hidupnya!
Dengan kemarahaan yang luar biasa singa itu berteriak dengan keras, “Emmbiiiiik!” Lalu ia mundur kebelakang. Mengambil ancang-ancang untuk menyeruduk lagi.
Melihat tingkah anak singa itu, serigala yang ganas dan licik itu tahu bahwa yang ada dihadapannya adalah singa yang bermental kambing. Tak ada bedanya dengan kambing. Seketika itu juga takutnya hilang. Ia menggeram marah dan siap memangsa kambing bertubuh singa itu! Atau singa bermental kambing itu.
Saat anak singa itu menerjang dan menyerudukkan kepalanya layaknya kambing, sang serigala sudah siap dengan kuda-kudanya yang kuat. Dengan sedikit berkelit, serigala itu merobek wajah singa dengan cakarnya. Anak singa itu terjerembab dan mengaduh, seperti kmbing mengaduh. Sementara induk kambing menyaksikan peristiwa itu dengan cemas yang luar biasa. Induk kambing itu heran kenapa singa yang kekar itu kalah dengan seigala. Bukankah singan adalah raja hutan? Tanpa memberi ampun sedikitpun serigala itu menyerang anak singa yang masih mengasduh itu. Serigala itu siap menghabisi nyawa anak singan itu. Disaat yang kritis itu, induk kambing yang tidak tega, dengan sekuat tenaga menerjang sang serigala. Sang serigala terpelanting. Anak singa bangun.
Dan pada saat itu, seekor singa dewasa muncul dengan auman yang dasyat!
Semua anak kambing ketakutan dan merapat! Anak singa itu juga ikut takut dan ikut merapat. Sementara sang serigala langsung lari terbirit-birit. Saat singa dewasa ingin menerkam kawanan kambing itu, ia terkjut ditengah-tengah kawanan kambing itu ada seekor anak singa.
Beberapa ekor kambing lari, yang lain langsung lari. Anak singa itu langsung ikut lari. Singa itu masih tertegun. Ia heran mengapa anak singa itu ikut lri mengikuti kambing? Ia mengejar anak singa itu dan berkata,
“Hai kamu jangan lari! kamu anak singa, bukan kambing! aku tak akan memangsa anak singa!”
Namun anak singa itu terus lari dan lari. Singa dewasa itu terus mengejar. Ia tidak jadi mengejar kawanan kambing, tapi malah mengejar anak singa. Akhirnya anak singa itu tertangkap. Anak singa itu ketakutan.
“Jangan bunuh aku, ammppuuuun!”
“Kau anak singa, bukan kambing! aku tidak membunuh anak singa!”
Dengan meronta-ronta anak singa itu berkata “Tidak aku anak kambing! Tolong lepaskan aku!”
Anak singa itu meronta dan berteriak keras. suaranya bukan auman tapi embikan, persis seperti suara kambing. Sang singa dewasa heran bukan main. Bagaimana mungkin ada anak singa bersuara kambing dan bermental kambing. Dengan geram ia menyeret anak singa itu ke danau. Ia harus menunjukan siapa sebenarnya anak singa itu. Begitu sampaididanau yang jernih airnya, ia meminta anak singa itu melihat bayangan dirinya sendiri. Lalu membandingkan dengan singa dewasa.
Begitu melihat bayangan dirinya, anak singa itu terkejut, “Oh, rupa dan bentukku sama dengan kamu. Sama dengan singa, si raja hutan!”
“Ya, karena kamu sebenarnya anak singa. Bukan anak kambing!” Tegas singa dewasa.
“Jadi aku bukan kambing? Aku adalah seekor singa!”
“Ya kamu adalah seekor singa, raja huta yang berwibawa dan ditakuti oleh seluruh isi hutan! Ayo aku ajari bagai mana menjadi seekor raja hutan!” Kata sang singa dewasa.
Singa dewasa lalu mengangkat kepalanya denga penuh wibawa dan mengaum dengan keras. Anak singa itu lalu menirukan, dan mengaum dengan keras. Ya mengaum, menggetarkan seantero hutan. Tak jauh dari situ serigala ganas itu lari semakin kencang, ia ketakutan mendengar auman anak serigala itu. Anak singa itu kembali berteriak penuh kemenangan,
“Aku adalah seekor singa! Raja huta yang gagah perkasa!”
Singa dewasa tersenyum bahagia mendengarnya
Apa yang dapat kita pelajari dari kutipan diatas? Tentunya anda punya pemahaman yang berbeda-beda, yah itu wajar saja. Tapi janganlah menjadi orang seperti anak singa diatas yang tidak tau kemampuanya sendiri. Kalau anda bisa menjadi “Singa” yang bisa menguasai hutan mengapa anda memilih menjadi “Kambing?”. So.,.,. kembangkanlah kemampuan anda dan yakinlah anda mempunyai kemampuan yang luar biasa.
Semoga anda dapat mengambil pelajaran dari kutipan cerita diatas.
ps: Cerita diatas dikutip dari Novel Ketika Cinta Bertasbih, Buah karya Habiburahman El Shirazy tanpa perubahan sedikit pun.
Lanjutan Jangan Menjadi "Kambing" Bila Bisa Menjadi "Singa"