Memang susah menjadi orang kecil seperti kami, setelah beban hidup yang semakin susah, pemanasan global yang terus meningkat yang menyebabkan banyaknya bencana alam, kini kami semakin diresahkan dengan susahnya mendapat bahan bakar untuk keperluan dapur. Kebijakan pemerintah untuk mengkonversikan penggunaan minyak tanah ke gas elpiji, mungkin merupakan langkah bagus untuk memajukan negara ini agar tidak selalu terbelakang. Tapi rasanya itu hanya berlaku untuk sebagian orang saja, sementara bagi sebagian orang lainnya hal itu malah menambah masalah, karena sangat susah mendapatkan gas elpiji tersebut.
Mungkin saya tidak merasakan antri berjam-jam dan berkilo-kilo meter untuk mendapatkan gas elpiji, karena di wilayah rumah saya masih tidak terlalu sulit untuk mendapatkan gas elpiji tersebut. Tapi hampir setiap hari saya mendapat berita, baik dari media cetak ataupun media elektronik, yang mengabarkan susahnya mendapatkan asupan minyak tanah maupun gas elpiji dibeberapa daerah di Indonesia. Mereka harus rela antri berjam-jam untuk mandapatkan bahan bakar kebutuhan rumah tangga tersebut. Ironisnya, walaupun sudah antri berjam-jam, apa yang mereka inginkan belum tentu didapat. Berita terakhir yang saya dengar, jatah pengiriman gas elpiji dibeberapa agen memang dikurangi. Sama halnya dengan minyak tanah, bahan bakar ini pun sudah langka dibeberapa daerah, walapun ada harga yang ditawarkan cendrung naik secara drastis.
Dengan langkanya kedua bahan bakar yang menjadi alat vital untuk kebutuhan memasak itu, apakah kita harus kembali memasak dengan kayu bakar? Bukan kah sekarang jaman modern? Tidak seharusnyakan kita kembali kemasa lampau yang mengandalkan kayu bakar untuk memasak? Tapi kalo difikir-fikir lagi, sepertinya menggunakan kayu bakar juga sudah tidak memungkinkan, lah wong hutan-hutannya juga sudah gundul. Kira-kira kapan yah kondisi bangsa kita ini bisa lepas dari keadaan yang semakin sulit ini. Ga tau lah, mudah-mudahan saja dalam waktu dekat pemerintah bisa menyelesaikan masalah bangsa kita tercinta ini, agar kita tidak terus-menerus hidup dalam kesusahaan.
0 comments:
Post a Comment
Kasih Comment na Dunk